Membaca Hamka: Membaca Gelora Cinta

You may also like...

4 Responses

  1. raida says:

    penggemar hamka yah, heheh..jadi inget jaman sekol dulu deh..di suruh ngapal nama2 pengarang sastra terkenal indonesia pasti selalu lupa deh..tp mang karya Hamka patut di acungin banyak jempol, walopun seorang ulama, tapi ulama yg nge Indonesia banget..

    btw, ni postingan terakhir pada bulan juni kemaren..walah lama juga yakk 😀

  2. haris says:

    yah, lumyan menggemari. hamka tubagus ya?

    oo, barusan saya posting tulisan lagi. akhir2 ni lagi sulit menemukan waktu nulis. maklum, lagi magang. he2.

  3. achmad says:

    qowim dari banyuwangi.

    saya seorang pengagum hamka, sehingga saya berkali-kali meneliti karya-karyanya. karna memang saya seorang akademisi sastra dan bahasa.
    itulah kepiawaian hamka.ia mengimplisitkan islam. dengan itu, justru membuat karya-karyanya menjadi luarbiasa dan fenomenal. tidak hanya orang muslim yang membaca dan menyukainya, orang agama lainpun juga sangat suka.di bali saja “Di bawah lindungan kabah” kini sudah diterjemahkan dalam bahasa bali. sungguh luar biasa, padahal tentu karya itu akan dibaca oleh orang hindu. hasilnya, banyak yang mengatakan hamka luar biasa, padahal mereka beragama hindu jua.
    banyak orang hindu yang setelah membaca karya hamka mengatakan kepada saya “Tuhan menciptakan cinta manusia, jauh sebelum manusia diciptakan, yaitu di lauhul mahpudz”
    mereka menerima itu dan meyakininya, walaupun itu sebetulnya ajaran islam, dan ia umat hindu. dengan kata lain, tidak ada yang merasa digurui oleh karya hamka. justru mereka percaya apa yang ada didalam karyanya, yaitu islam yang implisit.
    hal ini berbeda dengan karya habiburahman yang mengungkapkan islam pulgar, otoriter, dan terkesan menggurui.
    saya pernah mensurvei orang hindu di bali. mereka hampir semua tidak suka dengan ayat-ayat cinta. “saya orang hindu, tidak mungkin membaca itu” katanya kepada saya.kalangan santri jawa timur pun banyak yang tidak suka. mereka mengatakan “seolah habiburahman itu sedang menggurui orang yang bodoh. jadi, hanya orang bodoh saja yang suka karya mereka. ilmu yang diajari kyai saya, jauh lebih bijak dan banyak”
    lantas saya bertanya, di mana kesamaan habiburahman dengan hamka? karna saya mendengar, habib dijuluki hamka kecil. mungkin hamka kecil ketika masih belum bisa baca.
    sebab, bahasa yang digunakan, tehnik penceritaan, dan ruh karyanya jauh berbeda.
    membaca karya hamka seperti mengunduh mutiara dari langit. sampai saat ini saya belum menemukan seorang sastrawan seperti hamka,maka jangan sekali-kali mengatakan ada yang mirip hamka. saya sangat setuju dengan anda, kalau kalau ada waktu kirim-kirim email kepada saya barang membicarakan sastra dan bahasa, termasuk hamka yang saya kagumi.email; mh.qowim@yahoo.co.id

  4. tengkuputeh says:

    Saya salah seorang pengagum Hamka, dua novel itu menguras air mata saya ketika SMU sekitar 10 tahun yang lalu. Ehem, saya juga pernah patah hati. (waktu itu) dan ya tambah meresapi, tokh nasib saya tak semalang Zainuddin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>