Puisi dan Sikap Hidup Intelektual

You may also like...

5 Responses

  1. lintang lanang says:

    untuk tidak terjebak dalam ‘kengawuran’ dengan menulis ‘kata-kata yang tidak bertanggung jawab’, ‘si penyair, harus selalu punya alasan ketika ia menulis puisi-puisinya’.

    benar sekali mas.. saya setuju.. hanya yang jadi permasalahan, para penulis puisi terkadang tak mempunyai ‘waktu dan tempat’ untuk bisa menjelaskan maksud2nya… apakah tiap kali habis menulis puisi seorang penyair harus mengadakan dialog untuk membahas puisinya? atau membuat esai yang mengupas puisinya?

    kalau begitu bukankah justru bisa dikatakan, bahwa penyair ‘mengarahkan’ audience? lalu dimana kebebasan komunikan dalam proses ‘membaca’?

    terus terang sejauh yang saya lihat, puisi2 yang seringkali dimuat harian (yang konon) ‘nyastra’ dan juga di antologi2 ‘penyair kelas atas negeri ini’-pun terkadang juga ‘seperti’ rangkaian kata2 tak bermakna…

    ya mungkin semua ini didasari karna saya yang memang terlalu bodoh. ditambah lagi, saya yang tidak berkesempatan berdialog dengan sang penyair, sehingga saya tidak berkesempatan juga untuk bisa mengerti apa-apa saja yang dia maksudkan dalam puisinya.

    he3.. padahal saya itu bagian dari publik. bukankah yang berhak menjustifikasi seni publik itu hanya publik? atau ada sosok2 yang lebih berkompeten dan berhak???
    entahlah..

  2. haris says:

    mas, penyair menurutku tak perlu memberi penjelasan apa2 terhadap puisinya kecuali dia ingin dan terdesak. dlm kasus sutardji, dia terpaksa membuat kredo karena dia tak dimengerti bahkan oleh para kritikus sastra sendiri. puisi yg bertanggung jawab pasti akan memberi kenikmatan pada pembaca yg bertanggung jawab. kalo kita belum menemukan kenikmatan dlm membaca puisi bukan berarti puisi itu tak berarti. mngkn cara baca kita salah ato ada hal lain. yang pantas menjustifikasi seni? aduh, saya kurang tahu. siapapun menurut sy boleh berpendapat soal seni asal ia tulus dan berani tanggung jawab. kalo dia kritikus seni, dia mesti berani memberi argumentasi atas pendapatnya. tdk asal bunyi.

  3. Anonymous says:

    ya betul kenikmatan dari membaca puisi berasal dari keindahan puisi itu, kadang juga dari paduan intelektualitas dan keindahan. saya masih awam dalam puisi. mungkin baca puisi seperti melihat lukisan abstrak. kita mungkin tak begitu ngerti maksudnya tapi bisa menangkap getarannya yang membuat seluruh indra bereaksi. misterinya disitu..:)

  4. Anonymous says:

    lho ko anonim.. ? maaf gaptek ni , he he tadi dari aku (puitri hati ningsih)

  5. haris says:

    puisi emang sesuatu yg harusnya tetap dibiarkan misterius oleh penyairnya. pembacalah yang mesti menguraikannya. sy setuju dg mu mbak puitri. keindahan puisi harus ditemukan. tentyu dengan pembacaan yg sekuat2nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>