Spiritualitas Penyembah Jamur
Dalam novel terbaru Dewi Lestari, Partikel, muara dari semua pengalaman tokoh utamanya, Zarah Amala, sebenarnya sederhana: spiritualitas. Tentu saja spiritualitas di sini bukan berarti agama, karena bagaimanapun Zarah bukanlah orang yang percaya pada agama, terutama monoteisme. Ada satu bagian di Partikel di mana Zarah menyebut dirinya ateis, sama seperti ayahnya yang ia idolakan dengan tanpa batas, tapi di saat lain dengan bercanda ia menyebut dirinya menyembah jamur.
Apapun agama Zarah, itu sesungguhnya tidak terlalu penting. Sebab bila kita menelusuri kembali tokoh-tokoh utama dalam seri Supernova, tak ada tokoh yang mengikatkan diri pada agama dengan saklek. Penjelasan atas ini bisa ditemukan di bagian akhir Partikel, di mana Dee menuliskan semacam catatan pendek yang menyebut bahwa seri Supernova merupakan upaya “penelusuran spiritual”. Dan, dalam kasus Dee, penelusuran spiritual itu tentu saja tak berkaitan dengan agama.
Penelusuran spiritual bagi Dee, menurut saya, adalah menelusuri kembali hakikat alam semesta. Tentu saja ini terlihat agak menyeramkan dan mungkin lebay tapi begitulah yang saya rasakan ketika membaca empat novel dalam seri Supernova. Dalam Partikel, kecenderungan itu bukan hanya bisa dirasakan tapi tampak amat jelas dalam pendirian dan ambisi Firas, ayah Zarah.
Dan karena pada dasarnya Zarah mengidolakan Firas, serta mencangkok begitu saja pemikiran sang ayah, maka petualangan Zarah, sejauh dan sengawur apapun, akhirnya akan kembali pada pendirian dan ambisi Firas. Apapun yang dilakukan Zarah untuk mencari Firas yang hilang secara mendadak, pada akhirnya akan bermuara pada uji coba yang dimulai Firas di Bukit Jambul, sebuah bukit misterius di dekat Kampung Batu Luhur di Bogor, Jawa Barat.
Kita yang sudah membaca Partikel tahu bahwa uji coba Firas itu memang sangat aneh, jelas-jelas ngawur dalam logika sains tercanggih saat ini pun, tapi kita juga tahu bahwa Dee telah menyiapkan seperangkat teori untuk menopang apa yang dilakukan Firas. Dan ketika Zarah bertemu dengan Simon Hardiman, tahulah kita bahwa Firas hendak membuka gerbang yang memisahkan dunia manusia dengan dunia alien, bukan dengan membuat seperangkat teknologi canggih tapi dengan bantuan jamur!
Sampai di situlah kita memahami kenapa Zarah memilih menyembah jamur—selain bahwa pada bagian-bagian sebelumnya Firas sudah begitu banyak berkisah perihal istimewanya makhluk bernama jamur yang sering kita bikin makanan itu. Sampai di bagian itu pula saya memahami obsesi terbesar Dewi Lestari.
Sejak mula saya mempunyai prasangka ini, tapi baru sesudah membaca Partikel saya meyakini bahwa Dee memang jauh lebih tertarik pada hal besar, semacam hubungan manusia dengan alam semesta (juga dengan alien) ketimbang mengulik-ulik dunia manusia itu sendiri. Itu menjelaskan kenapa tokoh-tokoh Dee, terutama dalam seri Supernova, terlihat begitu berbeda dengan manusia pada umumnya. Dengan kata lain, semua itu menjelaskan kenapa tokoh-tokoh Dee terlihat kurang—untuk tak mengatakan tidak—manusiawi.
Mari membayangkan sosok Zarah Amala. Manusia ateis, yang tidak dibesarkan dengan pendidikan formal, durhaka pada ibunya, dan begitu berani menentang dunia konservatif di sekelilingnya. Zarah, misalnya, berani mengatakan bahwa dia ateis, atau penyembah jamur, kepada teman-temannya secara terbuka. Dia juga yang berani mendebat guru agamanya, tentang versi lain hubungan Adam-Hawa. Di Indonesia, di mana seorang yang ateis dikaitkan dengan PKI, dan itu berarti aib sangat besar, tokoh Zarah tentu saja sangat langka.
Tapi bukan hanya itu. Hidup Zarah, kita tahu, dikendalikan oleh sebuah misteri yang dia sendiri tak benar-benar bisa memahami. Keberangkatannya ke Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, untuk melihat kamp konservasi orangutan, misalnya, dimulai dari foto hasil karyanya yang dikirimkan entah oleh siapa (apa mungkin oleh alam semesta?) ke sebuah lomba. Dan dalam lomba itu, Zarah meraih juara pertama yang berhadiah kunjungan ke Tanjung Puting.
Dalam Partikel, kunjungan Zarah ke Tanjung Puting adalah titik sentral yang mengubah hidupnya dan membuat dia mengalami serangkaian kejadian dan sejumlah pengalaman yang membawanya kembali pada pencarian Firas. Sampai akhir novel, kita tahu, misteri soal siapa yang mengirim foto Zarah itu benar-benar tak terpecahkan. Lalu, bagaimana menjelaskan bahwa semua pengalaman penting dalam hidup Zarah itu ternyata dibentuk oleh sebuah kejadian misterius yang bahkan cenderung mistis? Dee mungkin akan menjawab dengan ringan sambil tersenyum: “Begitulah bila alam semesta sudah berkehendak.”
Ya, di dalam semesta seri Supernova, alam semesta memang mengambil bagian penting dan oleh karenanya banyak hal yang tak terjelaskan oleh akal manusia—atau dengan kata lain, banyak hal yang tak manusiawi. Akibat paling jelas dari hal ini adalah Dee membawa tokoh-tokohnya melambung ke atas, ke tahap pencerahan spiritual tentang hakikat manusia dan alam semesta, sambil pada saat bersamaan melupakan detail-detail penting mengenai emosi manusia.
Begitulah yang terjadi pada Partikel. Kisah cinta Zarah dengan Storm Bradley, yang kemudian diretakkan oleh sahabat tercinta Zarah sendiri, Koso Onyemelukwe, bukanlah bagian penting dalam novel itu. Kisah cinta itu seperti selingan, yang membuat Zarah berpaling sebentar dari alam semesta dan penelusuran spiritual, dan kembali ke sisi ambiguitasnya sebagai manusia. Tapi kemudian, kita tahu, Zarah seperti sepenuhnya melupakan hal itu, mungkin karena alam semesta tak membiarkan dia menjadi manusia kebanyakan terlalu lama—sebab, barangkali, dia adalah “yang terpilih”.
Bila dibandingkan dengan obsesi Firas, yang ingin membuka gerbang komunikasi manusia dengan makhluk dari dimensi lain, cinta Zarah pada Storm Bradley memang bukan apa-apa. Firas sedang bekerja untuk kemajuan umat manusia di seluruh dunia, atau bahkan demi alam semesta itu sendiri—seperti pahlawan-pahlawan super di film Hollywood—sementara Zarah bersedih hanya demi sebuah perasaan. Apa artinya seorang manusia di hadapan alam semesta yang luas tak terkatakan ini? Buat apa Zarah meributkan hal kecil seperti pengkhianatan sahabat baiknya, sementara tugas besar membantu Firas menanti?
Saat menyadari semua ini, saya agak kecewa dengan Partikel. Padahal, harapan saya atas novel ini sempat melambung karena bagaimanapun di novel ini Dee sebenarnya membuat sebuah hubungan cinta yang agak rumit dibandingkan dengan di buku-bukunya dulu. Ketika akhirnya Dee memutuskan bahwa Zarah mengalami “malam pertama” dengan Storm, saya hampir memekik terkejut karena tak menyangka akan ada hubungan semanusiawi itu—yang sering disalahartikan sebagai sesuatu yang vulgar—di novel Dee, walaupun pelukisan atas kejadian itu sama sekali tidak vulgar. Tapi sesudah merenungkan keseluruhan isi Partikel, saya akhirnya menyadari bahwa hubungan Zarah dengan Storm ibarat noktah kecil di tengah hal-hal besar lain yang dialami Zarah.
Tentu saja orang bisa mengatakan bahwa Zarah sebenarnya tidak peduli dengan hal-hal besar semacam hubungan manusia dengan alien, karena tujuannya hanyalah mencari Firas. Dan bukankah hubungan ayah-anak ini adalah “hal kecil”, bukan “hal besar”? Tapi siapa yang bisa mengatakan bahwa semua yang dilakukan Zarah adalah hasil dari kehendak bebasnya sendiri untuk mencari sang ayah? Bukankah keberangkatan Zarah ke Tanjung Puting, yang lalu menjadi awal dari segala petualangannya, justru dituntun oleh sebuah misteri yang tak tuntas?
Sampai di sini, saya mulai menduga-duga, jangan-jangan, tokoh utama dalam Partikel itu bukanlah Zarah Amala, atau Firas, tapi justru alam semesta itu sendiri.
Jakarta, 22 Mei 2012
NB: Foto diambil dari sini
wow…. aku belum sempat beli novel ini, tebal dan mahal. itu aja siii
kayaknya asyik juga ya…..*nunggu diskon
iya sih mas, agak mahal. hehe. tapi sebagai pembaca Dee, saya jadi terpaksa beli 😀
yups..sedikit ‘itchy’ bagian cintanya zarah,storm n koso..klo ga mbaca dari awal seperti bukan Dee yang nulis.
tapi selain itu buku ini layak ditunggu..
Mas numpang komen. Saya kurang setuju kalo Zarah kurang manusiawi. Saya malah berpikir tokoh Zarah sangat manusiawi.
Emosi Zarah yg terpendam oleh penghianatan Storm dan Koso. Ketidak mampuannya melindungi adiknya yg terlahir dengan kelainan yg kemudian meninggal. Emosinya terhadap si orang utan Sarah. Mewakili kehidupan manusia. Karenanya dia sadar dia ga bisa memaafkan ibunya.
Sya kurang setuju kalo Zarah juga di sebut sebagai anak durhaka, tapi tentu saja itu tergantung dari sisi mana kita berpijak.
Saya sangat kagum sama Dee dan Supernova. Tulisan berkualitas dan mampu membawa pembacanya berpetualang dalam pencarian jawaban atas kehidupan.
Tapi saya setuju juga mas. Tokoh utamanya adalah universe itu sendiri heheheh.
Trims^^
Saya mendapati blog mas ini saat saya googling mengenai “Bukit Jambul” sekarang saya sedang membaca #Partikel (blm selesai) jujur saya tidak bisa sedikitpun berhenti membaca buku ini. Rasa penasaran dan terombang-ambing mendorong saya untuk kemudian mengetahui apa sih sebenarnya yang ingin disampaikan Dee kepada pembacanya?
Dee selalu menulis sesuatu yang berdeda, dan Partikel benar “beda”..
Saya beruntung karena kemudian dr sekian banyak org saya jg dipilih untuk membaca Parikel..
Dengan rasa penasaran saya..
Terima kasih sharingnya mas..
Setelah mengkoleksi semua serial supernova, saya akhirnya bisa “membaca” buku ini, dan mengetahui tradisi spiritual berbagai bangsa..,anyway thanks Dee..
Saya setuju kalau sebenarnya yang menjadi tokoh adalah “semesta” (karena bersifat hologram, tentunya siapapun adalah cerminan utuh semesta, so tidak masalah siapapun tokoh utamanya)
Jikalau kita pernah sedikit saja “mengecap” spiritualitas seperti yg diutarakan Dee di bagian akhir bukunya, kita akan dengan sangat cepat memahami apa yg dimaksud dalam buku ini
Ga sabar menanti episode selanjutnya….thanks
OOOhhhh… ketemu Dee-lover lagi! yey!!!
pertama kali ketemu Akar, akhirnya menyeret saya untuk mencari buku kesatu, ketiga, dan keempat. dan semuanya menghipnotis saya.
tak sabar menanti Gelombang,
kalo boleh tebak-tebakan, tebakan saya di Gelombang nanti mungkin akan muncul tokoh yang punya keterkaitan dengan laut, mungkin saja seorang peselancar…
hehehhehe, sekedar menerka saja sih..
ralat komen saya yg sebelumnya!
tebakan saya, di buku Gelombang nanti tokoh utamanya bernama : ALFA.
yakin deh!
jadi kayaknya tu tokoh nanti bukan behubungan dg gelombang laut, tapi lebih ke gelombang cahaya atau suara gitu…
Di mana bisa dapetin novel ini?