Merawat Semangat Sang Guru Gambar
Saat masih kanak-kanak, Andi Purnawan Putra nyaris tak pernah melewatkan acara Gemar Menggambar yang disiarkan stasiun televisi TVRI. Acara yang dipandu pelukis Tino Sidin dan ditayangkan setiap Minggu sore itu selalu membuatnya terpesona. “Saya suka cara menggambar Pak Tino yang mudah ditiru dan sikapnya yang ramah,” kata pria yang kini berusia 43 tahun itu.
Pesona Tino Sidin itu pula yang membuat Andi ikut-ikutan menggambar, lalu mengirimkan hasilnya ke TVRI. Pada sebuah episode, gambar Andi bahkan dipilih Tino untuk dikomentari. Sama seperti saat melihat gambar anak-anak lain dari berbagai wilayah Indonesia, Tino waktu itu berkomentar pendek, “Ya. Bagus…”
Bertahun-tahun kemudian, Tino Sidin tetap lekat di hati Andi. Sosok itu pula yang lalu ikut menginspirasinya menekuni seni rupa. Kini, selain membuat komik dan berbagai karya seni rupa, Andi juga mengikuti jejak Tino Sidin sebagai guru gambar. Sejak beberapa tahun lalu, dia membuka sanggar di tepi Kali Code, Yogyakarta, untuk mengajar anak-anak menggambar.
Mulai Juni 2012, Andi juga menjadi pemandu acara menggambar di sebuah stasiun televisi lokal di Yogyakarta. “Melalui acara itu, saya sengaja ingin melahirkan kembali semangat gemar menggambar kepada anak-anak yang dulu ditularkan Pak Tino,” kata pria yang kini akrab dipanggil Andi Pensil Terbang itu.
Bagi Andi dan banyak orang lain, Tino Sidin memang tak gampang dilupakan. Dalam dunia pendidikan anak-anak di Indonesia, Tino bahkan bisa dibilang sebagai legenda. Mereka yang mengalami masa kanak-kanak pada dekade 1970 hingga 1990-an hampir pasti pernah melihat sosok Tino yang selalu memakai baret dan kaca mata tebal itu. Bahkan, hingga sekarang, masih banyak orang yang ingat dengan komentar “Ya. Bagus…” ala Tino.
Sayangnya, anak-anak zaman sekarang tak akan lagi bertemu Tino Sidin. Acara Gemar Menggambar tak lagi tayang di TVRI sejak 1989. Pada 1993, Tino sebenarnya sempat muncul lagi di layar sebuah stasiun televisi swasta dalam acara serupa, namun dua tahun kemudian, dia meninggal dunia.
***
Meski begitu, semangat Tino menularkan kegemaran menggambar anak-anak tetap coba dirawat oleh keluarga dan rekan-rekannya. Sejak tahun 2012, empat putri Tino yang masih hidup, dibantu sejumlah pihak, mulai merintis pengembangan Taman Tino Sidin yang diniatkan sebagai semacam sanggar sekaligus museum untuk menyimpan karya-karya sang guru gambar. Rintisan Taman Tino Sidin diawali dengan menggelar pameran karya lukisan dan sketsa Tino Sidin di Gedung Heritage Bank Indonesia Yogyakarta pada November 2012.
Upaya itu dilanjutkan dengan peluncuran buku biografi Tino Sidin, Guru Gambar dan Pribadi Multi Dimensional yang digarap sejumlah penulis pada Sabtu, 27 September lalu. Acara peluncuran itu juga sekaligus menjadi ajang pengenalan Taman Tino Sidin yang berlokasi di daerah Kadipiro, Yogyakarta. Taman Tino Sidin dibangun di bekas garasi rumah yang ditinggali Tino dan keluarganya sejak 1980-an. Hingga kini, proses pembangunan tempat itu baru sekitar 80 persen.
“Saya dan kakak masih tinggal di rumah ini, tetapi garasi sampingnya kami buat menjadi semacam museum karya-karya bapak dan nantinya akan jadi tempat kegiatan seni,” kata Panca Takariyati Sidin, putri kelima Tino Sidin, yang akrab dipanggil Titik.
Gagasan Taman Tino Sidin sebenarnya muncul pertama kali dari Tino sendiri. Semasa hidup, dia ingin membentuk lembaga yang mengurusi manajemen seluruh sanggar melukisnya di berbagai kota. Nama “taman” dipilih Tino karena meniru nama Taman Ismail Marzuki yang lebih dulu eksis sebagai pusat kesenian di Jakarta. Namun, gagasan itu belum sempat terwujud karena Tino keburu meninggal.
Menurut Titik, Taman Tino Sidin kini menyimpan sekitar 30 lukisan cat minyak dan 150 sketsa karya Tino Sidin. Selain itu, ada pula berbagai buku yang pernah ditulis Tino, barang-barang pribadi, dan rekaman video acara Gemar Menggambar. “Untuk rekaman acara bapak di televisi, kami masih coba mencari lebih banyak lagi karena dokumentasinya kurang baik,” ujar dia.
***
Dilahirkan di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, pada 25 November 1925, Tino awalnya belajar menggambar secara otodidak. Pada 1961, saat usianya 36 tahun, Tino baru mulai kuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Di “Kota Pelajar” itu pula kariernya sebagai guru gambar melesat.
Tino pertama kali mengajar anak-anak menggambar sekitar tahun 1969 di Galeri Seni Sono. Pada tahun itu pula dia diminta mengisi acara Gemar Menggambar di TVRI Yogyakarta. Sekitar 10 tahun kemudian, acara yang dibawakan Tino itu diambil alih TVRI pusat di Jakarta sehingga jangkauan acara itu meluas ke banyak wilayah Indonesia. Selama 20 tahun membawakan Gemar Menggambar, Tino berhasil mentransformasi aktivitas menggambar menjadi sesuatu yang sederhana dan menyenangkan sehingga dia sangat digemari anak-anak.
Di televisi, Tino selalu mengajarkan bahwa dasar dari semua gambar itu hanya dua, yakni garis lurus dan garis lengkung. Dengan dua jenis garis tersebut, ayah lima putri itu berhasil menggambar aneka bentuk. Kadang-kadang, dia juga memakai bentuk berbagai huruf sebagai dasar untuk menggambar bentuk lain. Metode sederhana itu dibawakan Tino dengan sikap ramah dan selalu memuji apapun hasil gambar anak-anak yang dikirimkan ke studio TVRI.
Sejumlah pihak sempat mengkritik metode mengajar Tino yang dinilai tak akan membuat anak pandai menggambar. Namun, melalui acara “Gemar Menggambar”, Tino tampaknya memang tak hendak menjadikan anak-anak pandai menggambar lalu menjadi seniman di kemudian hari. “Pak Tino hanya ingin membuat anak-anak suka menggambar karena aktivitas itu banyak manfaatnya,” kata Andi Purnawan Putra.
Selain merangsang imajinasi dan kreativitas, menggambar juga bisa menjadi penyaluran emosi anak-anak. Bagi Andi, menggambar bisa melatih kemampuan otak, keterampilan tangan, sekaligus kepekaan hati. Itulah kenapa semangat Tino menularkan kegemaran menggambar patut dijaga, termasuk dengan pendirian Taman Tino Sidin.
NB: versi lain tulisan ini dimuat di Harian Kompas, 12 Oktober 2014
gambar diambil dari sini.
Coba sekarang ada acara Tv seperti ini.
Acara TV yang sekarang kebanyakan buat orang dewasa