Imam, Laras, dan Keyakinan

You may also like...

1 Response

  1. Bambang says:

    Saat kita berinteraksi dan bersinggungan dengan orang lain, nilai-nilai dan keyakinan yang kita anut harus dikoreksi ulang karena ketersinggungan dengan nilai-nilai lain itu. Yang menjadi titik acuan harusnya adalah nilai-nilai umum dalam masyarakat.
    Dalam kasus di atas, nilai-nilai umum yang harus dijaga bersama adalah kemanusian.
    Akan menjadi masalah kalau ada orang-orang yang mau ‘menang sendiri’, memaksakan kehendaknya, value2 yang dia anut kepada orang lain. Sampai kapanpun, pemaksaan kehendak hanya mampu menghasilkan pribadi yang terkungkung, pemberontak; tidak akan menghasilkan pribadi yang merdeka.
    Banyak bukti sejarah menunjukkan bahwa agama (keyakinan) yang dijadikan alasan untuk memaksakan kehendak kepada orang lain hanya menghasilkan penderitaan.
    Dalam tatanan masyarakat kita, sebaiknya kita membentuk pribadi2 mau menghargai pendapat orang lain, pribadi dewasa yang mau menerima adanya perbedaan di dunia ini. Bertoleransi dengan sesama. Menghormati Tuhan yang telah pula menciptakan orang lain selain dirinya.
    Kita harus menentang dan membentuk opini publik bahwa langkah-langkah arogan, fanatik dan mau menang sendiri adalah langkah yang salah dalam membentuk tatanan dunia yang lebih baik. Dalam kehidupan sehari-hari kita masih sering menjumpai kasus-kasus arogan seperti itu seperti misalnya FPI (Front Pembela Islam) yang sering main hakim sendiri.
    Perbedaan adalah wajar, dunia akan menjadi monoton kalau kita tidak berbeda. Tuhan sendiri menciptakan perbedaan-perbedaan itu. Apa hak manusia untuk melenyapkannya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>