Fragmen Jalan: Spiral Kebisuan

You may also like...

6 Responses

  1. lintang lanang says:

    yang menjadi persoalan bagi masing2 manusia bukanlah BISA atau TIDAK, apa yang dia lakukan MERUBAH KEADAAN. apakah nanti akhirnya LARUT SEPERTI GULA atau MATI SEBAGAI BATU, adalah sesuatu yang masih dalam dunia reka-reka, yang hanya sekedar perlu diraba2, tanpa harus ditempatkan di akhir perjalanan kereta.

    jangan lupa, orang yang TEROBSESI PADA SEBUAH AKHIR semacam ini, biasanya hanya punya dua pilihan dalam ujung perjalanannya. MATI, atau GILA.

    sementara yang lebih penting bagi seorang manusia, adalah menyadari APA yang sebenarnya harus kita LAKUKAN dalam kehidupan. berjuang, dan terus berjuang. berproses, dan masih berproses. ingat, evolusi belum berhenti.

    salam.

  2. Haris Firdaus says:

    bagi sy, tetap bs diprediksi apa yang akan terjadi, bung. buat apa larut dalam gula coba kalo kita dah bisa menebak kalo kita kahirnya nanti akan kayak gitu?

  3. dh1k4 says:

    Kabeh membicarakan gula. Aku tak jalan wae, khan enak buat jalan jalan. Jalanan itu saat ini keras karena terbuat dari aspal dan panas karena aspal itu juga dipanasin ndak seperi dulu yang adhem dari tanah gak pelu dipanasin. Jalan itu dibuat untuk berjalan, artinya bukan buat berhenti. Berjalan diatas jalanan tak ubahnya seperti yang diats barusan. Turun ke jalan artinya ketidakpuasan, turun kejalan dengan perasaan tidak buas dan bersatu dengan sifat dan elemen jalanan itu. Jangan harap saat ini seperti dulu yang hanya tapo pepe di alun-alun. Seiap segala sesuatu mengalami siklus, bukan tidak mungkin saat ini kita menuju era MOBOKRASI. Aku mau demo ke jalan buat protes harga rokok yang mahal, temanku demo masih panjoel. kamu ikutan ndak ?

  4. lintang lanang says:

    @ Haris:

    memang bisa diprediksi mas. cuma kalo kita selalu berbuat berdasar prediksi kita, selamanya keadaan tak akan berubah.

    contohnya, buat apa kita selalu tertib, buang sampah pada tempatnya, selalu berhenti ketika lampu merah menyala, dsb dsb, jika kita tau, bahwa tindakan kita akhirnya larut seperti gula dan tidak akan pernah merubah keadaan? dimana sistem pasti akan menggilas kita?

    kalo soal aksi2 mahasiswa yang terjadi belakangan ini (yang seringkali harus diakhiri dengan kericuhan), ya maklumlah. gejolak kawula muda. sekedar usaha romantisisme kekuatan mahasiswa. bukan bermaksud apatis,tapi ketika beberapa diantara mereka sudah duduk nyaman di kursi sistem, frase REVOLUSI SAMPAI MATI hanyalah humor kotor yang keluar dari mulut anak kemarin sore yang (dianggap) belum mengenal peradaban. (contohnya dah banyak.. he3…)

    @ dhika

    demo harga rokok? menarik juga. tapi aku ra melu wae. ketoke jelas kalah.. :)

  5. ngatini says:

    aduh, gak ngerti deh ngomong apaan..hehe..
    komen singkat aku untuk mereka yang bikin kekacauan di jalan2 adalah bahwaq mereka itu gak penting, sama gak penting nya dengan yang mereka teriakkan..

  6. Haris Firdaus says:

    To: lintang lanang.
    mas, sebenarnya sy tak banyak berbicara soal apakh kita akan larut atau tidak. subyek yg saya bicarakan adalh sebuah kondisi di jalan di mana massa berkumpul dan kita sebagai individu tak kuasa menolak utk larut bukan karena niat rasional tapi karena kita memang sudah tak mampu melawan. pada titik itu, eksistensi individu kita hilang. itu yg sy bicarakan. kalo kita mengambil sikap secara rasional, kita tak pernah larut. sama sekali tidak.

    to: dhika
    saya dari dulu heran: kenapa kalo BBM naik pasti banyak demo tapi kalo rokok naik gak pernah ada demo? apakah itu berarti para perokok itu mudah “ditaklukkan”? ha2.

    To: ngatini
    mereka yang berbuat rusak di jalan justru penting utk kita amati: kenapa mereka bisa sampai kayak gitu. seperti sy bilang: ada mekanisme psikologis yang membuat individu bs larut dalam sebuah gelora massa ketika ia ada di jalan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>