Perang di Ampera

ampera

You may also like...

8 Responses

  1. WYSiWYG says:

    satu kata “MIRIS”

  2. wah, ternyata saat pecah kekerasan di ampera, mas haris berada di tkp. sungguh, saya ndak habis mengerti kenapa setiap masalah yang terjadi selalu berakhir bentrok. kok ndak ada capek2nya ya orang mengumbar amarah? semoga sekarang sudah terselesaikan dg baik.

  3. hedi says:

    selalu akhirnya yg jadi korban (colatteral damage) adalah orang yang sudah terpuruk :(

  4. masmpep says:

    Hah, rasanya memang menarik bagi seorang jurnalis menjadi saksi sebuah peristiwa. Mudah2n heroisme mas haris tetap logis. Keselamatan nomor satu, meskipun ‘hujan peluru’ di atas kepala, he-he-he.

  5. masmpep says:

    Satu lagi mas. Kapan-kapan mampir lagi ke rumah ibu nur. Dua tiga bulan lagi. Bawa ‘gula kopi’, kalo sempat…

  6. Syarifah says:

    Bagus mas tulisannya enak dibaca.

    Begitu ya, mungkin itulah kenapa kekerasan bukannya menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah. Seandainya orang-orang mau bijak berpikir menggunakan akal sehat dan dingin, bukannya menuruti emosi saja.

  7. Syarifah says:

    Oh ya, saya juga jadi bertanya-tanya, apa kabar Bu Nur sekarang. Semoga ybs selalu sehat dan dimudahkan untuk membiayai anak-anaknya hingga lulus sekolah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>