Petaka Liburan Keluarga
Dari dalam tanah, tangan itu mencuat. Lalu, sekonyong-konyong, sesosok tubuh bangkit. Kesunyian hutan indah itu terkoyak-koyak sudah. Pada siang yang cerah itu, John Evans menemukan dirinya dikubur hidup-hidup di hutan yang justru menjadi tempatnya berlibur.
Reaksi pertamanya ketika siuman adalah kaget, kemudian panik. Ia mengambil handphone di saku celananya, lalu menelepon ke emergency line. Namun, sesudah bertukar patah kata dengan operator, John baru benar-benar menyadari: ia bahkan melupakan namanya sendiri!
Film terbaru Joko Anwar ini memang hanya memberikan beberapa menit kesempatan pada penonton untuk menarik nafas. Di bagian awal Modus Anomali, kita disuguhi panorama hutan yang memukau, dengan ambilan kamera jarak dekat terhadap sejumlah binatang berukuran kecil—mirip tayangan-tayangan televisi tentang alam liar. Tapi, percayalah, ini cuma prolog yang tak akan berulang. Sehabis pemandangan menakjubkan itu, yang ada hanyalah ketegangan, rasa takut, dan tanda tanya yang susah terjawab.
Diputar pertama kali di South By Southwest Film Festival (SXSW), festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, pada Maret lalu, Modus Anomali sudah kedengaran gaungnya jauh sebelum ditayangkan di bioskop mulai Kamis, 26 April ini.
Sejak Juli tahun lalu, berita ihwal film yang diproduseri Sheila Timothy ini sudah berhembus karena skenarionya meraih Bucheon Award di Network of Asian Fantastic Films di Korea Selatan. Apalagi, Joko Anwar sendiri adalah sutradara dengan reputasi yang diakui. Tiga filmnya sebelum ini, Janji Joni (2005), Kala (2007), dan Pintu Terlarang (2009), dibicarakan banyak pihak dan memenangi beberapa penghargaan meski tak semuanya meraih sukses secara komersial.
Modus Anomali dibuka dengan kisah John Evans (Rio Dewanto) yang terpisah dengan istri (Hannah Al Rashid) dan dua anaknya (Izzi Isman dan Aridh Tritama). Awalnya, John dan keluarganya berlibur di hutan. Mereka menginap di sebuah kabin sederhana. Tapi, sebelum mereka sempat memulai acara liburannya, sesuatu terjadi. Istri John ditusuk sampai perutnya robek. John dikubur hidup-hidup, sementara dua anak mereka berkeliaran di hutan dalam keadaan takut. Dari situ, cerita berkembang, membentuk sebuah petualangan mendebarkan.
Setelah membuat satu drama komedi dan dua thriller, Joko Anwar kini kembali dengan film yang bisa saja kita masukkan dalam genre thriller—meskipun dalam sebuah wawancara ia menampik penggolongan itu. Cuma, bukan soal genre film ini yang jadi banyak bahan pembicaraan.
Keputusan Joko Anwar memakai bahasa Inggris dalam Modus Anomali justru yang paling banyak diperbincangkan. Kebanyakan orang memang bertanya-tanya, sebagian mencemooh, kenapa Joko mengambil pilihan itu. Dalam wawancara dengan Filmoo, Joko mengatakan bahwa setting film ini memang bukan di Indonesia.
“Karena ceritanya kan memang karakternya lagi liburan di luar negeri. Adegan pembukaannya udah nunjukin kalau setting-nya di negara yang berbahasa Inggris. Karakter Rio Dewanto nelpon emergency line, dan operatornya jawab ‘Operator what’s your emergency?’,” kata Joko.
Tapi, di manakah tepatnya negara yang menjadi tempat semua kejadian Modus Anomali? Juga, kenapa ada lagu berbahasa Indonesia di film itu, yakni Bogor Biru-nya Sore? Semua itu tak terjawab. Namun, bagi saya pribadi, pemakaian bahasa Inggris itu sama sekali bukan masalah. Betapapun Modus Anomali adalah film realis, tapi tak ada konteks sosial yang melingkupi kejadian di film ini. Jadi, ya, film ini memang bisa terjadi di mana saja dan konsekuensi dari itu adalah ia bisa memakai bahasa apa saja dan diperankan oleh pemain dengan kebangsaan manapun.
Setting tempat yang tak jelas memang sudah jadi hobi Joko dan terlihat pada film-filmnya sebelum Modus Anomali. Di dalam semesta Joko Anwar, tetek bengek soal latar tempat dan bahkan waktu itu seringkali menjadi tak penting. Joko sejak awal memilih bahwa unsur terkuat dalam filmnya adalah cerita, juga tata artistik, dan bagi saya, kadangkala dua hal itu sudah cukup.
Lagipula, kenapa kita mesti ribut saat Modus Anomali memakai bahasa Inggris sementara kita bisa menerima dengan lapang ketika Kala jelas-jelas memakai kostum ala Eropa? Bukankah film itu memakai bahasa Indonesia, dimainkan oleh orang Indonesia, syuting di Semarang, dan bahkan penata artisitiknya saja mengakui bahwa setting tempat film itu adalah Indonesia pada 1965? Apakah bahasa dianggap menjadi penanda yang lebih kuat untuk menunjukkan latar tempat daripada kostum?
***
Bagi saya, Modus Anomali adalah thriller Joko Anwar yang paling polos. Berbeda dengan Kala dan Pintu Terlarang, Modus Anomali jauh lebih sederhana dalam plot, tokoh, dan setting-nya. Bila Kala dengan cukup ngotot ingin menjadi film noir dengan balutan sejarah, ramalan Jayabaya, serta intrik politik, dan Pintu Terlarang ingin menjadi thriller dengan rasa psikologis, Modus Anomali hanya ingin menghadirkan ketegangan.
Cuma, bukan ketegangan sembarangan yang ingin dihadirkan film ini. Dengan pergerakan kamera yang begitu dekat dengan tokoh utama, pengalaman menonton Modus Anomali menjadi sangat unik karena kita seolah-olah berada begitu dekat dengan si tokoh. Dalam beberapa bagian—seperti ketika John Evans terjebak dalam peti mati—sudut pandang penonton bahkan menyatu dengan pandangan sang tokoh.
Efek suara dalam Modus Anomali juga unik karena diproduksi tidak dengan instrumen biasa, tapi dengan merekam bebunyian pelbagai benda, seperti suara mesin kopi, teralis jendela, dan kloset.
Selain ketegangan, dalam Modus Anomali, Joko Anwar juga menyiapkan kejutan pamungkas seperti dalam Kala dan Pintu Terlarang. Apa kejutan itu? Tonton saja sendiri. Yang jelas, berbeda dengan Kala dan Pintu Terlarang, kejutan di film dengan bujet Rp. 4 milyar ini tergolong simpel dan menjawab segalanya. Maka, klimaks dalam film ini terasa lebih pendek dan tak meninggalkan bekas yang sangat lama.
NB: versi lain tulisan ini diterbitkan di Majalah Gatra, foto diambil dari modusanomali.com
Keren juga catatan tentang filmnya
makasih, wahyu. udah nonton filmnya?:D
niat juga bikin blognya.
*ditapuk*
DAN DIMODERASI, TUIPS!
eh, salah. bukan twitter ya ini?
keberatanmu sudah dijawab di twitter yak. kalau masih gak puas, silakan banding 😀
jadi apa kejutanya?
apa kamu nggak terkejut lon dengan ending Modus Anomali? ha3.
seneng liatnya film film indonesia sekarng sudah sangat maju dan kualitasnya bagus, dan gimana caranya agar film indonesia bisa tembus kaca international.