Bersiaga di Jalan Jakarta

You may also like...

7 Responses

  1. elsara says:

    “…siap siaga tak berarti sama dengan kecurigaan dan ketakutan yang berlebihan.”

    Sepakat, bahkan dengan seluruh “alat bantu” yang gue sebutkan di blog, bukan berarti bahwa gue paranoid. Kebetulan saja benda-benda tersebut memang selalu dibawa karena tersimpan di dalam tempat pensil dan ada pula yang berfungsi sebagai gantungan kunci. Kondisinya kini sudah menjurus ke arah mencemaskan, ya, tapi bukan berarti kita harus takut beraktifitas keluar rumah, takut naik kendaraan umum, apalagi takut hidup di Jakarta (dan Indonesia).

    Btw, karena penasaran akhirnya gue memesan alat setruman (stun gun) di Kaskus. Yang menarik adalah SMS balasan terakhir si penjual, “Thanks! besok siang saya kirim. Semoga alatnya gak kepakai. :D” Gue spontan ngakak! Gue pun sadar, pada akhirnya kita memang tidak pernah bisa benar-benar membeli keamanan, melainkan hanya ilusinya saja. :)

    • haris says:

      ahahaha. benar sekali sar. ketakutan itu buat ditaklukkan dan hasilnya adalah keberanian, bukan jaminan keamanan 100%. yup, saya berdoa semoga alat setrum itu makin lama makin gak dibutuhkan karena Jakarta jadi makin aman dan damai :)

  2. semoga mas haris bisa beradaptasi dengan atmosfer jakarta yang panas dan keras. di balik pencitraan semacam itu tentu masih ada celah dan ruang yang nyaman dan penuh sentuhan kasih sayang.

    • haris says:

      yup, bener pak. adaptasi memang akhirnya diperlukan sambil terus menyadari bahwa ada kenyamanan di balik banyak keruwetan dan ancaman kejahatan :)

  3. Mama Murai says:

    Mas mungkin semua permasalahan ini berlaku karena Jakarta terlalu dibebani dengan limpahan tenaga kerja, sedang pekerjaan di sana hampir susah untuk dijumpai. Untuk pengetahuan mas Haris, saya dan keluarga pernah bercuti ke Jakarta. Dan sepanjang berada di Jakarta, banyak kenangan yang sukar kami lupakan yang berkait dengan masyarakat sekitar, macet dan masalah sosial.

    Seharusnya mereka yang menaruh harapan tinggi dengan berhijrah ke kota, diberikan peluang hidup yang lebih baik. Oh ye mas Haris, ini kunjungan pertama saya ke blognya mas Haris. Minta ijin untuk membaca kandungan blog ini ya.

    Salam perkenalan blogger dari penulis blog Malaysia.

  4. indah says:

    2 hal yang saya pelajari ketika di Jakarta:
    1. letakkan tas di depan ketika jalan-jalan atau naik angkot.
    2. tak perlu takut tempat tujuan terlewati ketika tidur di angkot, karena kita bisa saja tetap di titik yang sama setelah tertidur selama 15 menit.

  5. Abu says:

    Siapapun yang bisa hidup di Jakarta bisa hidup dimana saja diseluruh Indonesia, wkwkkw…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>