Komunikasi dan Hasrat Ekonomi Solo

You may also like...

17 Responses

  1. Sawali Tuhusetya says:

    marketing sebuah kota agaknya tak bisa dilepaskan dari "kemauan politik" dan komitmen pengambil kebijakan, mas haris, tanpa harus mengebiri aspirasi rakyatnya.

  2. suwung says:

    kota kota dengan adanya modernisasi jadi bingung
    arah kebijaksanannya
    ini menurut diriku lho

  3. nothing says:

    Laura Romano, mempertanyakan pemakaian slogan “Solo The Spirit of Java”.
    terlalu serius dia…
    take it easy boss
    😀

  4. suryaden says:

    kalo itu sih bukan masalah karena harus berkembang meski dalam istilah saja, yang paling bikin mangkel adalah nama jalan dengan nama tokoh-tokoh militer itu, pakah itu juga bagian dari militerisme…

  5. zee says:

    Dulu sekali mungkin memasarkan kota dipakai cara2nya dgn menggunakan slogan dlm bhs Inggris ya. Tp belakangan ini kesadaran kota2 kecil utk menunjukkan identitas sdh lebih tinggi. Pakai bhs daerah dan bhs Indonesia.

  6. itempoeti says:

    krisis identitas yang terjadi saat ini membuat banyak pihak akhirnya bersikap ambigu…

    proses internalisasi yg setengah hati akibat adanya keinginan outward looking yg diatasnamakan globalisasi…

  7. Pencerah says:

    Kita memang harus memakai identitas yang sesuai dengan jiwa kita

  8. Demis says:

    Barangkali yang bikin slogan itu berpikir kalau bahasa inggris lebih mewakili cara berpikir mereka dalam menyampaikan kandungan ide dari slogan tersebut. bukankah pada dasarnya sifat bahasa adalah manasuka?

    P.s: Mas, bagi-bagi tips donk biar aku rajin nulis kayak sampean…

  9. zenteguh says:

    jika pangsa pasar adalah,wisatawan asing, tentu slogan berbahasa inggris adalah pilihan jitu dan strategi marketing yang paling pas. Visit Indonesia Year aja begitu..

  10. Iklan Gratis says:

    Iya, itu lebih baik dilihat dari pasarnya, kalo memang berbahasa ingris sangat lebih mendukung itu akan lebih baik! kalo menurut saya begitu!
    Stop
    Dreaming Start Action

  11. Sara says:

    Strategi promosi wisata negara kita sepertinya masih mengutamakan wisatawan mancanegara, karena pertimbangan ekonomi itu. Kalau sekedar jargon utk promosi di media massa, saya rasa tdk masalah kalau menggunakan bahasa Ingris. Yg bahaya adalah ketika ke-lokal-an suatu daerah yg semakin tergerus akibat penginggrisan tadi. Mungkin hal tsb bisa disiasati dgn menggunakan dua bahasa (Indonesia-Inggris) untuk menamai sebuah daerah. Atau kalau perlu, tiga bahasa termasuk dgn bahasa lokal. Yah, akan menjadi lucu kalau nantinya pasar malam Ngarsopuro lebih dikenal sbg “night market”. Hehe.. tapi terlepas dari itu semua, sepertinya strategi yg digunakan di seluruh daerah yg potensial menjadi objek wisata, masih lebih suka untuk melayani turis asing ketimbang turis lokalnya sendiri. Jadi kesannya, kita sbg turis lokal mau tdk mau harus 'berkompromi' dgn pelayanan yg ada.

  12. panembahan senopati says:

    itulah dia…
    sejak awal aku nggak sepakat dengan penggunaan bahasa inggris dalam sologan2 tsb…
    kenapa nggak Sala Pusating Kabudayan Jawa… kuwi luwih sip lan elegan
    masalah marketing ke luar negeri bisa digunakan bahasa apapun tapi apa yg melekat pada jati diri harus benar2 ada.
    basa jawa kuwi basa internasional, ora percaya?
    tunggu penelusuran ku….

  13. ciwir says:

    wong jawa ilang jawane…
    (doh)

  14. Mahendrattunggadewa says:

    itu yang sulit…
    ketika budaya sudah terjamah komersialisasi dan menjadi industri…

  15. Andy MSE says:

    hehehe… sama seperti telkom, commited to you, wkwkwk
    mas..mas… sekarang yang adiluhung itu bukan kabudayan jawa, melainkan kabudayan komersil seperti kata mahendra itu lho!
    salam damai!

  16. Anonymous says:

    aku suka berlimpah informasi dan cara berfikir seorang kapitalis sejati…

  17. gombal says:

    Wah Keren postnya, thanks2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>