Rachel, Pahlawan, Imajinasi

You may also like...

10 Responses

  1. dangauilalang says:

    ya, jaketnya jingga terang…

    aku sampai berkeringat dingin waktu baca email dari teman soal rachel ini.

  2. haris says:

    to: dangauilalang

    emang kisah rachel ini bener2 menggetarkan. sayang dia adalah pengkhianat bagi rekan sebangsanya. dasar Amerika!

  3. Noel says:

    ups, kisah bung haris ini mengingat saya pada polemik yang pernah terjadi sekira bulan juni-juli-agustus, di mana ada seorang pahlawan yang sudah dianggap hilang kini menyatakan dirinya sebagai supriyadi atawa andaryoko. Apa gunanya ia muncul sekarang?
    Bukankah tak sedemikian penting jika dia mengaku-angku supriyadi daripada menceritakan kepada masyarakat apa yang pernah dialaminya sebagai seorang pelaku sejarah yang ingin mengungkapkan suatu fakta yang belum ketemu sama para sejarawan itu?
    bung haris sepakat dengan pendapat saya?

  4. Haris Firdaus says:

    to: noel
    memang yang lebih penting, dlm kasus andaryoko itu, adalah apa saja fakta sejarah yang terjadi di indonesia kala itu yang belum sempat diungkapkan oleh buku. bukan identitas pribadi supriyadi-nya. tapi ya itu tadi, kebanyakan kita selalu membutuhkan teladan, panutan, makanya banyak orang terus berlomba mendaku diri jadi tauladan, panutan….:)

  5. Tukang Nggunem says:

    Pahlawan dan Pengkhianat…sungguh dua hal yang sangat kontradiktif namun hanya dipisahkan oleh lapisan setipis kertas…

    Dia menjadi Pahlawan bagi rakyat Palestina dan tentu saja bagi dirinya sendiri, namun di sisi lain dia berkhianat kepada bangsanya.

    Sekarang terserah bagaimana kita akan memposisikan diri kita, apakah menganggap dia sebagai pahlawan atau pengkhianat?

    Ngomong opo to aku mau…ndi bukumu cah bagus? hehehe…

  6. dangauilalang says:

    udah ada bukunya, haris..

    Judul: Let Me Stand Alone (Biarkan Aku Berdiri Sendirian)
    Judul Asli: Let Me Stand Alone (The Journals of Rachel Corrie)
    Penulis Rachel Corrie
    Pengantar: Goenawan Mohamad
    Tebal: xiii+526 halaman
    Cetakan: Pertama, Agustus 2008
    Penerbit: Madia Publisher

    “Mereka adalah kita. Kita adalah mereka.”
    Itu adalah salah satu bagian penting dari catatan harian Rachel Corrie yang mengekspresikan penulisnya sebagai pengusung plularisme universal, cinta damai dan menolak semua bentuk kekerasan di seluruh belahan dunia.

    Rachel Corrie bukan seorang senator atau pesohor Hollywood seperti Paris Hilton–kendati usianya tak jauh beda–tetapi catatan harian, aktivitasnya, puisi serta sketsanya telah menerebos batas-batas negaranya yang rigid, rasis dan superior.

    Rachel Corrie adalah martir kemanusian yang tewas mengenaskan pada usia 23 tahun setelah digilas buldoser Israel buatan Amerika Serikat. Rachel Corrie tewas saat berusaha menggagalkan penghancuran sebuah rumah milik warga Palestina, 16 Maret 2003.

    Ruh dan semangat Rachel Corrie telah menembus belahan dunia khususnya Rusia dan Palestina. Saat menginjakan kakinya di Rusia pada 1995, sebagai relawan kemanusiaan International Solidarity Movement (ISM), Rachel mulai merasakan Amerika Serikat yang asing.

    “Amerika tak mempesonaku lagi. Ia tak mampu memikatku lagi. Ia pudar dan terlipat di pinggiran pikiranku….”

    Rachel Corrie lahir di Olympia, Washington, 10 April 1979. Sejak kelas lima sekolah dasar ia sudah meneliti tentang kemiskinan dan masuk ke dalam laporan UNICEF dalam World’s Children 1989.

    Pada saat SMA, ketika remaja lainnya tengah tidur pulas atau menarik mantelnya karena kedinginan, Rachel malah mengetuk hati setiap pengunjung supermarket untuk mendonasikan sebagian uang atau makanananya untuk orang miskin.

    “Sekaleng makanan dari Anda, segudang manfaat bagi mereka yang kelaparan,” kata Rachel kepada setiap pengunjung supermarket. (hal xxvii).

    Mengenai sikap dan kepeduliannya terhadap kemanusiaan sangat terang benderang dan terlihat dalam catatan tanggal 15 Desember 1992 atau sekitar usia 13 tahun:

    “Kuingin menjadi seorang artis atau penari. Kumau mengubah dunia. Ku tak ingin gunakan obat-obatan. Bisa saja kutenggak alkohol sebelum cukup usia, tapi aku tak pernah merencanakannya. Kupercaya, jati diri didapat melalui proses, bukan melaui narkoba.”

    Atau dalam tulisan tertanggal 9 Maret 1993, Rachel kembali menegaskan sikapnya untuk tidak hidup dalam hedonisme dunia yang tengah menjadi budaya mayoritas gadis seusianya.

    “Ketika aku jadi perawan tua, kusudahi untuk tampil cantik menawan. Merias wajah, mengoleksi baju ketat agar tubuh seolah elok, takkan kulakukan. Ku akan anut aliran Nudisme.”

    Jiwa seniman dan kepenyairan yang dimiliki alumnus akademi seni ini semakin membuat tulisan dan sketsanya berjiwa, hidup dan humoris kendati ditulis dalam keadaan tegang suasana daerah pendudukan. Tulisan-tulisannya dikirim lewat surat elektronik (email) ke keluarganya dan beberapa di antaranya dimuat di media lokal.

    Namun, tulisan-tulisan dan sketsanya baru membuat dunia tercengang ketika hampir seluruh catatan hariannya dimuat di harian Guardian Inggris, dengan tajuk “Rachel’s War.”

    Catatan harian Rachel Corrie ini semakin menegaskan bahwa segala bentuk kekerasan bukan sebuah solusi dan malah akan menghancurkan peradaban dunia. Dunia tanpa kekerasan menjadi cita-citanya.

    Tulisan-tulisan Rachel Corrie memberikan inspirasi bahwa usia muda bukan saatnya untuk hidup dalam hedonisme, narkoba dan menghabiskan duit untuk bersolek diri. Jati diri juga dapat diperoleh lewat kepedulian dan aksi nyata untuk menciptakan dunia yang damai dan bebas dari kemiskinan.

    Rachel Corrie juga ingin menegaskan bahwa masalah Palestina bukan hanya masalah dan beban bangsa Palestina semata tetapi juga tanggung jawab dan empati dunia termasuk Amerika Serikat.[]

    (KOMPAS, 27 Nov 2008)

  7. Haris Firdaus says:

    to: tukang gunem
    disitulah letak tragedinya, mas. ketika apa yang kita lakukan dengan niat baik tak selalu disambut dg baikpula hanya karena prasangka berbau SARA. di situlah tragedi Rachel…

    to: dangauilalang
    ya, terima kasih infonya. semoga ini menjadi pelajaran bagi kita yang juga kadang diamuk kesumat berbau SARA seperti yang terjadi di Palestina.

  8. Anonymous says:

    di semarang bulum ada, hiks

  9. Anonymous says:

    pesen aja ke madia di 021-7986562

  10. f says:

    I do love you Rachel! Setiap kali nama mu disebut hati ku tergetar. Engkau adalah simbol cinta yang hidup dan abadi. Cinta mu menembus batas-batas bangsa dan negara. Jiwa mu menjadi inspirasi kami ……

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>